Ku Pangku Cita-citaku
Pembodohan masyarakat untuk tetap
bertahan pada keadaan yang jauh dari peradaban adalah pembodohan
sebesar-besanya. Potongan kertas dari koran harian, kolom suara rakyat tanggal
3 maret 2012 tertempel pada buku kusam itu. Di dalamnya berisi tentang cerita
tentang sebuah kemengan dalam intelektual jauh lebih menyenangkan dibanding mengenyam
sekolah yang hanya sekedar untuk mendapatkan serentetan pangkat. Kisah ini akan
ku ceritakan kepada kalian sebagai suatu curahan perasaan, seseorang yang
mempunyai pandangan pendidikan dengan berbeda perspektif dengan kelompok
mayoritas. Jadi yang hebat adalah berkorban untuk cita-cita bukan malah
cita-cita untuk menghasilkan pengorbanan. Seperti halnya kesalahan dalam keharusan
berkorban memeras otak yang kadang tidak sejalan dengan suara hati untuk
mendapatkan pangkat tersebut.
5 Agustus 1997
Aku masih ingat tentang orangtuaku.
Mereka mengambilku dari tumpukan sampah. Mereka bukan melakukan penculikan, karena
aku menginginkan hal tersebut. Apa yang kalian fikir dengan tindakan seorang
bocah yang baru saja berumur 5 tahun tapi ingin berpisah dengan orangtuanya
(asli)? ini adalah suatu hal yang menggembirakan. Aku bisa hidup dengan
keluargaku yang baru dan menggapai citaku.
29 agustus
2011
Singkatnya, ini hari pertama aku
untuk masuk kuliah. Masuk ke universitas yang bukan target utama bidang
studiku. Ini semua karena orangtua angkatku memutuskan agar aku mengambil
jurusan Hukum. Aku tidak suka hukum. Selama aku hidup, aku hanya hafal 1 pasal,
yaitu pasal 29, yaitu agar rakyat Indonesia dapat memilih agama sesuai
kepercayaanya. Pasal dan ayat yang lainnya-nol besar. Buram.
***Saat ini di penghujung bulan
maret 2012, bensin naik, gaya hidup anak-anak hukum benar-benar tidak sesuai
dengan gaya hidupku. Orangtuaku angkat
yang sudah haji mengajarkanku untuk hidup sederhana, namun teman-teman yang
lain, superrr. Mereka super highstyle,
gaul, pinter dan juga amat sangat banyak
sekali cowok cakep. Perfect deh
jurusan hukum itu, highstyle yang
jelas tajir, gaul itu gak malu-maluin kalau diajak jalan terus udah cakep,
pinter lagi. Termehek-mehek aku, heheheh… tapi itu waktu aku semester 1,
sekarang setelah semester 2 nilaiku hancur, bakatku gak tersalurkan, dan aku
gak kuat menyeimbangi gaya hidup mereka. Alhasil, bulan April, bersamaan degan naiknya
harga BBM. naik pula emosiku, dan aku
memutuskan untuk berhenti-ilegal (tanpa sepengetahuan orangtua).
Uang yang seharusnya aku pakai
untuk kuliah tidak akan ku sia-siakan. Aku memasuki sebuah kampung yang sangat
terpelosok. Disana belum ada listrik, sangat primitive. Desa ini telah diberi dana yang sangat besar oleh
professor dari luar negeri untuk mempertahankan kebudayaannya-entah kebudayaan
atau kebodohan yang dimaksudkan. Aku membaca berita yang telah menjadi headline di salah satu koran. Beberapa
hari yang lalu, dosenku berkata “pembodohan kepada masyarakat agar tetap
terpuruk dalam keadaannya adalah suatu penjajahan yang sangat luar biasa kejam”.
Semangatku membara, aku akan menciptakan citaku sendiri, bukan oranglain yang
menentukannya, dan aku terbang ke Kalimantan barat. Mewujudkan citaku.
Disana aku dibantu oleh suatu
kelompok yang mana mempunyai forum yang bernama “keluarga”. Jadi mereka
mempunyai satu tujuan denganku. Hal yang sulit telah kita lalui, berbagai
masalah dan tantangan untuk dapat memasuki daerah itu tidak menyurutkan usaha
kita. Pada akhirnya, mereka mendapatkan kesempatan 3 tahun. Waktu percobaan
yang cukup lama, karena perubahan suatu
kebudayaan dan cara pemikiran terbentuk tidak sebentar. Sedangkan aku, secara illegal masuk dalam desa itu. Pendidikan
merupakan hal yang sangat tabu bagi mereka, sehingga aku dibantu dengan
komunitas keluarga untuk mengajari mereka dengan cara yang lebih mudah dicerna.
Aku, seorang mantan mahasiswa yang ingin masuk jurusan sastra dan budaya
Indonesia namun tidak tercapai. Siapa bilang pencapaian cita-cita harus dengan
kuliah yang tinggi dan berlomba-lomba mencari pangkat? Aku menyadari bahwa
cita-citaku telah tercapai saat aku telah di Kalimantan ini. Aku mengajari
mereka tentang kebudayaan, sastra, dan pendidikan. Panduanku, buku yang aku
pesen dari jogja. Karena kekasihku di jogja, kuliah, dia hanya bisa membantu
dengan mengirimkan buku secara gratis untukku. Walau dalam komunikasi aku harus ke luar kota
untuk menelepon dia. Dan itu terjadi hanya 1 bulan sekali, jika aku tidak sibuk.
Penduduk kalimatan lebih menyukai
lagu yang diajarkan oleh temanku dari komunitas “keluarga”. Selama 3 bulan aku
merasa kebingungan. Kekasihku yang dijogja memberikan saran kepadaku. Akhirnya
aku mendapatkan paket beberapa buku dan beberapa benda berteknologi canggih.
Ada laptop, tablet, kamera, dll. Namun, penggunaan ini harus bergantian, karena
benda-benda itu harus di charge. Dan
hasilnya, menajubkan, mereka terpana dan mungkin menganggap saya dewa yang memakai
benda-benda yang bisa berbicara dan bergambar. Cukup dengan 1 minggu, semua
murid yang menjadi uji coba dalam kegiatan ini sangat antusias dalam belajar.
Terimakasih kekasihku, semakin cinta aku padanya. This is very brilliant idea.
September 2012
Berita datang dari agen yang
mengantar barang-barangku. Ternyata barang-barang tersebut dicuri oleh
sekelompok penjahat hutan yang sering menebang pohon. Karena polisi sering
berpatroli, jadi mereka mendapat kesulitan dalam beroperasi. Alhasil
barang-barangku yang diambil mereka. Setelah mendengar berita ini, ketua suku
memutuskan akan mengirim 5 orang dari desanya agar ikut dengan agen pengiriman
barang, agar aman. Tidak ku sangka, mereka mempunyai rasa semangat belajar yang
tinggi oleh karena itu mereka berusaha menjaga menjaga pengiriman barang
tersebut. Di bulan ini, kekasihku datang, dia lulusan universitas Islam di Jogja.
Dia mengambil jurusan tafsir hadist. Kedatangannya disini akan menguatkan
kemantaban iman kepada masyarakat dan memberi nutrisi jiwa kepada komunitas
keluarga.
***Di hari itu kepala suku
meninggal dunia, entah mengapa desa itu menjadi senyap. Aku untuk pertama
kalinya menyolatkan jenazah. Benar-benar sesuatu yang hebat bagiku.diajari oleh
uztadz Nadzir-nama kekasihku. Aku memulainya.
Malam harinya, aku mendapatkan kabar tentang
kehadiranku yang illegal akan tercium oleh polisi setempat. Disaat itu pula aku
mendapatkan kabar yang mustahil, kepala suku adalah ayahku. Kenapa dia bisa
memakai bahasa Indonesia sebagai penghubung antara kami dengan masyarakat, kenapa
dia diangkat menjadi kepala suku adalah jawabannya. Berdasarkan cerita dari
temanku yang berasal dari masyarakat itu, kepala suku adalah seorang imigran
dari luar kota, dia dianggap sebagai dewa karena tahu beberapa obat dari
penyakit, dan bisa berbahasa Indonesia, apalagi mempunyai pengetahuan yang lebih
daripada mereka. Akhirnya dia dianggkat menjadi kepala suku. Istri dari kepala
suku juga membenarkan hal itu, karena kepala suku telah bercerita padanya dan
memegang janji agar tidak membocorkannya. Bahwa aku adalah anaknya. Mustahil.
Semua terasa membuatku sesak,
mustahil. Namun, Ikatan batinku dengan mereka sangat kuat. Bahkan aku hampir lupa
tidak menghubungi orangtuaku di bandung. Biasanya aku meminta bantuan
kekasihku, namun kekasihku disini, jadi selama 2 bulan aku tidak menghubungi
mereka. Esoknya, beberapa polisi ingin menemuiku dengan ketua komunitas “keluarga”.
Mereka akan mengusir kita semua dari desa ini, karena aku berada disana secara ilegal, dan gara-gara aku, komunitas
keluarga dicabut kepercayaannya. Jalan utamanya cuma hanya ada satu, aku harus
menikah dengan orang desa itu, dengan begitu aku tidak illegal lagi, karena akan menjadi penduduk Kalimantan Barat yang
sah, dan cita-citaku akan tetap tercapai, impianku akan selalu ada di
gengggamanku, dan komunitas keluarga dapat melanjutkan tugasnya, walau hanya
1,5 tahun, karena kekecewaan pihak pemerrintah kepada kita. Mulai sekarang, aku
berjanji tidak akan menggecewakan negeriku.
Bagaimana dengan nadzir?? Dia sudah
berkorban materi banyak sekali, mengirimkan buku, alat elektronik.
Barang-barang yang mahal tersebut tidak sebanding dengan kasihnya yang rela
membantuku untuk mencapai cita-citaku. Bagaimana dengan perasaannya? Allah
pasti akan menghukumku karrena telah menyakitinya. Maafkan aku ya Allah,,
Aku mulai pernikahanku dengan
seorang gadis pilihan mantan kekasihku, karena selama ini aku hanya menjaga hatiku
untuknya, jadi tak ada yang lain. Nadzir, merelakanku dengan senyuman. Aku tahu
dalam hatinya pasti menjerit. Perih. Pernikahan dimulai, nadzir sebagai
pengghulu, acara ini dicampur dengan sedikit adat Kalimantan, karena tradisi
melekat erat dengan hidup mereka. Pernikahan, tanpa kebahagiaan, namun bayangan
perwujudan pendidikan di Kalimantan sebagai cita-citaku mengobati rasa pahit
ini. Semoga sebuah pengorbanan yang tidak sia-sia.
Berhasil. Aku hidup berkeluarga
disana penuh dengan warna warni lampu listrik. Nadzir memutuskan tetap setia
disini dan menjadi kepala suku. Komunitas keluarga telah kembali, dalam 5 tahun,
waktu yang cukup singkat untuk perubahan yang besar. Aku mendapatkan anak seorang
anak laki-laki. Dan orangtuaku angkat akhirnya mengetahui apa yang terjadi 4
tahun yang lalu, mereka menyesal
mengekang cita-citaku. Padahal, seharusnya mereka bukan jadi penghambat, namun
penyemangat. Aku terus melanjutkan cita citaku yang tak pernah putus ini.
Mbak Ira, san kasi jempol (y).
BalasHapusOh ya, numpang tanya dong.
Tokoh "aku" nya cewek atau cowok?
Soalnya katanya kekasih lamanya ustaz Nadzir, trus dy menikah sama cewek lokal pilihan ustad Nadzir?
Thanks <3
CEWEK itu san..hehhe
BalasHapussampai aku lupa saking lamanya san..
eh,,kamu dari kalimantan juga ya?aduh maaf kalo settingnya kurang pas..hehe