Senin, 30 April 2012

cerpen 3

Ku Pangku Cita-citaku
Pembodohan masyarakat untuk tetap bertahan pada keadaan yang jauh dari peradaban adalah pembodohan sebesar-besanya. Potongan kertas dari koran harian, kolom suara rakyat tanggal 3 maret 2012 tertempel pada buku kusam itu. Di dalamnya berisi tentang cerita tentang sebuah kemengan dalam intelektual jauh lebih menyenangkan dibanding mengenyam sekolah yang hanya sekedar untuk mendapatkan serentetan pangkat. Kisah ini akan ku ceritakan kepada kalian sebagai suatu curahan perasaan, seseorang yang mempunyai pandangan pendidikan dengan berbeda perspektif dengan kelompok mayoritas. Jadi yang hebat adalah berkorban untuk cita-cita bukan malah cita-cita untuk menghasilkan pengorbanan. Seperti halnya kesalahan dalam keharusan berkorban memeras otak yang kadang tidak sejalan dengan suara hati untuk mendapatkan pangkat tersebut.
5 Agustus 1997
Aku masih ingat tentang orangtuaku. Mereka mengambilku dari tumpukan sampah. Mereka bukan melakukan penculikan, karena aku menginginkan hal tersebut. Apa yang kalian fikir dengan tindakan seorang bocah yang baru saja berumur 5 tahun tapi ingin berpisah dengan orangtuanya (asli)? ini adalah suatu hal yang menggembirakan. Aku bisa hidup dengan keluargaku yang baru dan menggapai citaku.
29  agustus 2011
Singkatnya, ini hari pertama aku untuk masuk kuliah. Masuk ke universitas yang bukan target utama bidang studiku. Ini semua karena orangtua angkatku memutuskan agar aku mengambil jurusan Hukum. Aku tidak suka hukum. Selama aku hidup, aku hanya hafal 1 pasal, yaitu pasal 29, yaitu agar rakyat Indonesia dapat memilih agama sesuai kepercayaanya. Pasal dan ayat yang lainnya-nol besar. Buram.
***Saat ini di penghujung bulan maret 2012, bensin naik, gaya hidup anak-anak hukum benar-benar tidak sesuai dengan gaya hidupku.  Orangtuaku angkat yang sudah haji mengajarkanku untuk hidup sederhana, namun teman-teman yang lain, superrr. Mereka super highstyle, gaul, pinter dan  juga amat sangat banyak sekali cowok cakep. Perfect deh jurusan hukum itu, highstyle yang jelas tajir, gaul itu gak malu-maluin kalau diajak jalan terus udah cakep, pinter lagi. Termehek-mehek aku, heheheh… tapi itu waktu aku semester 1, sekarang setelah semester 2 nilaiku hancur, bakatku gak tersalurkan, dan aku gak kuat menyeimbangi gaya hidup mereka. Alhasil, bulan April, bersamaan degan naiknya harga BBM. naik pula emosiku,  dan aku memutuskan untuk berhenti-ilegal (tanpa sepengetahuan orangtua).
Uang yang seharusnya aku pakai untuk kuliah tidak akan ku sia-siakan. Aku memasuki sebuah kampung yang sangat terpelosok. Disana belum ada listrik, sangat primitive. Desa ini telah diberi dana yang sangat besar oleh professor dari luar negeri untuk mempertahankan kebudayaannya-entah kebudayaan atau kebodohan yang dimaksudkan. Aku membaca berita yang telah menjadi headline di salah satu koran. Beberapa hari yang lalu, dosenku berkata “pembodohan kepada masyarakat agar tetap terpuruk dalam keadaannya adalah suatu penjajahan yang sangat luar biasa kejam”. Semangatku membara, aku akan menciptakan citaku sendiri, bukan oranglain yang menentukannya, dan aku terbang ke Kalimantan barat. Mewujudkan citaku.
Disana aku dibantu oleh suatu kelompok yang mana mempunyai forum yang bernama “keluarga”. Jadi mereka mempunyai satu tujuan denganku. Hal yang sulit telah kita lalui, berbagai masalah dan tantangan untuk dapat memasuki daerah itu tidak menyurutkan usaha kita. Pada akhirnya, mereka mendapatkan kesempatan 3 tahun. Waktu percobaan yang cukup lama, karena  perubahan suatu kebudayaan dan cara pemikiran terbentuk tidak sebentar. Sedangkan aku, secara illegal masuk dalam desa itu. Pendidikan merupakan hal yang sangat tabu bagi mereka, sehingga aku dibantu dengan komunitas keluarga untuk mengajari mereka dengan cara yang lebih mudah dicerna. Aku, seorang mantan mahasiswa yang ingin masuk jurusan sastra dan budaya Indonesia namun tidak tercapai. Siapa bilang pencapaian cita-cita harus dengan kuliah yang tinggi dan berlomba-lomba mencari pangkat? Aku menyadari bahwa cita-citaku telah tercapai saat aku telah di Kalimantan ini. Aku mengajari mereka tentang kebudayaan, sastra, dan pendidikan. Panduanku, buku yang aku pesen dari jogja. Karena kekasihku di jogja, kuliah, dia hanya bisa membantu dengan mengirimkan buku secara gratis untukku.  Walau dalam komunikasi aku harus ke luar kota untuk menelepon dia. Dan itu terjadi hanya 1 bulan sekali, jika aku tidak sibuk.
Penduduk kalimatan lebih menyukai lagu yang diajarkan oleh temanku dari komunitas “keluarga”. Selama 3 bulan aku merasa kebingungan. Kekasihku yang dijogja memberikan saran kepadaku. Akhirnya aku mendapatkan paket beberapa buku dan beberapa benda berteknologi canggih. Ada laptop, tablet, kamera, dll. Namun, penggunaan ini harus bergantian, karena benda-benda itu harus di charge. Dan hasilnya, menajubkan, mereka terpana dan mungkin menganggap saya dewa yang memakai benda-benda yang bisa berbicara dan bergambar. Cukup dengan 1 minggu, semua murid yang menjadi uji coba dalam kegiatan ini sangat antusias dalam belajar. Terimakasih kekasihku, semakin cinta aku padanya. This is very brilliant idea.
September 2012
Berita datang dari agen yang mengantar barang-barangku. Ternyata barang-barang tersebut dicuri oleh sekelompok penjahat hutan yang sering menebang pohon. Karena polisi sering berpatroli, jadi mereka mendapat kesulitan dalam beroperasi. Alhasil barang-barangku yang diambil mereka. Setelah mendengar berita ini, ketua suku memutuskan akan mengirim 5 orang dari desanya agar ikut dengan agen pengiriman barang, agar aman. Tidak ku sangka, mereka mempunyai rasa semangat belajar yang tinggi oleh karena itu mereka berusaha menjaga menjaga pengiriman barang tersebut. Di bulan ini, kekasihku datang, dia lulusan universitas Islam di Jogja. Dia mengambil jurusan tafsir hadist. Kedatangannya disini akan menguatkan kemantaban iman kepada masyarakat dan memberi nutrisi jiwa kepada komunitas keluarga.
***Di hari itu kepala suku meninggal dunia, entah mengapa desa itu menjadi senyap. Aku untuk pertama kalinya menyolatkan jenazah. Benar-benar sesuatu yang hebat bagiku.diajari oleh uztadz Nadzir-nama kekasihku. Aku memulainya.
Malam harinya, aku mendapatkan kabar tentang kehadiranku yang illegal akan tercium oleh polisi setempat. Disaat itu pula aku mendapatkan kabar yang mustahil, kepala suku adalah ayahku. Kenapa dia bisa memakai bahasa Indonesia sebagai penghubung antara kami dengan masyarakat, kenapa dia diangkat menjadi kepala suku adalah jawabannya. Berdasarkan cerita dari temanku yang berasal dari masyarakat itu, kepala suku adalah seorang imigran dari luar kota, dia dianggap sebagai dewa karena tahu beberapa obat dari penyakit, dan bisa berbahasa Indonesia, apalagi mempunyai pengetahuan yang lebih daripada mereka. Akhirnya dia dianggkat menjadi kepala suku. Istri dari kepala suku juga membenarkan hal itu, karena kepala suku telah bercerita padanya dan memegang janji agar tidak membocorkannya. Bahwa aku adalah anaknya.  Mustahil.
Semua terasa membuatku sesak, mustahil. Namun, Ikatan batinku dengan mereka sangat kuat. Bahkan aku hampir lupa tidak menghubungi orangtuaku di bandung. Biasanya aku meminta bantuan kekasihku, namun kekasihku disini, jadi selama 2 bulan aku tidak menghubungi mereka. Esoknya, beberapa polisi ingin menemuiku dengan ketua komunitas “keluarga”. Mereka akan mengusir kita semua dari desa ini, karena aku berada disana secara ilegal, dan gara-gara aku, komunitas keluarga dicabut kepercayaannya. Jalan utamanya cuma hanya ada satu, aku harus menikah dengan orang desa itu, dengan begitu aku tidak illegal lagi, karena akan menjadi penduduk Kalimantan Barat yang sah, dan cita-citaku akan tetap tercapai, impianku akan selalu ada di gengggamanku, dan komunitas keluarga dapat melanjutkan tugasnya, walau hanya 1,5 tahun, karena kekecewaan pihak pemerrintah kepada kita. Mulai sekarang, aku berjanji tidak akan menggecewakan negeriku.
Bagaimana dengan nadzir?? Dia sudah berkorban materi banyak sekali, mengirimkan buku, alat elektronik. Barang-barang yang mahal tersebut tidak sebanding dengan kasihnya yang rela membantuku untuk mencapai cita-citaku. Bagaimana dengan perasaannya? Allah pasti akan menghukumku karrena telah menyakitinya. Maafkan aku ya Allah,,
Aku mulai pernikahanku dengan seorang gadis pilihan mantan kekasihku, karena selama ini aku hanya menjaga hatiku untuknya, jadi tak ada yang lain. Nadzir, merelakanku dengan senyuman. Aku tahu dalam hatinya pasti menjerit. Perih. Pernikahan dimulai, nadzir sebagai pengghulu, acara ini dicampur dengan sedikit adat Kalimantan, karena tradisi melekat erat dengan hidup mereka. Pernikahan, tanpa kebahagiaan, namun bayangan perwujudan pendidikan di Kalimantan sebagai cita-citaku mengobati rasa pahit ini. Semoga sebuah pengorbanan yang tidak sia-sia.
Berhasil. Aku hidup berkeluarga disana penuh dengan warna warni lampu listrik. Nadzir memutuskan tetap setia disini dan menjadi kepala suku. Komunitas keluarga telah kembali, dalam 5 tahun, waktu yang cukup singkat untuk perubahan yang besar. Aku mendapatkan anak seorang anak laki-laki. Dan orangtuaku angkat akhirnya mengetahui apa yang terjadi 4 tahun  yang lalu, mereka menyesal mengekang cita-citaku. Padahal, seharusnya mereka bukan jadi penghambat, namun penyemangat. Aku terus melanjutkan cita citaku yang tak pernah putus ini.

2 komentar:

  1. Mbak Ira, san kasi jempol (y).
    Oh ya, numpang tanya dong.
    Tokoh "aku" nya cewek atau cowok?
    Soalnya katanya kekasih lamanya ustaz Nadzir, trus dy menikah sama cewek lokal pilihan ustad Nadzir?
    Thanks <3

    BalasHapus
  2. CEWEK itu san..hehhe
    sampai aku lupa saking lamanya san..
    eh,,kamu dari kalimantan juga ya?aduh maaf kalo settingnya kurang pas..hehe

    BalasHapus